Malam ini tidak tau kenapa tiba-tiba muncul mood buat cerita bagaimana saya dan Pak Yiwandi bisa ketemu.
Jadi begini...
---Long Post Alert---
Pertengahan Bulan April 2012, waktu itu saya lagi mumet-mumetnya sama kehidupan di Makassar, berdua dengan teman kerja memutuskan buat "melarikan diri" sejenak di Bali, yah anggaplah sekalian menjernihkan pikiran dan hati yang masih semrawutan ditinggal nikah sama, let's say, pacar saya waktu itu.
(dia menikahnya kayaknya tahun 2011 sih, tapi sakit hatinya masih dibawa menahun)
Malam terakhir di Bali, waktu itu saya ingat malam Sabtu, jam 8 sudah balik ke hotel yang posisinya pas di belakang tugu ground zero -Legian. Teman saya sudah tidur saja dong pas sudah sampe hotel dan sudah shalat isya (iya, walaupun kita di Bali, shalat kita nd bolong :p), padahal kan Legian di malam Sabtu sungguh hype sekali.
Sudah ganti baju buat siap-siap tidur juga, akhirnya saya memutuskan buat menikmati Legian sekali lagi dengan semua hiruk pikuknya. Akhirnya, pake jaket, sambil dengar lagu dari headset, saya keluar ke pusat kota Legian.
Malam itu rameeeeee sekali, but I swear to God, I feel solely. Then I face the sky and mused
"Ya Allah, cukup malam ini saja saya sakit hati gara-gara cinta. Besok sudah balik ke Makassar, saya sudah tidak mau dipusingkan dengan cinta-cinta yang tidak pasti lagi. Kalau ada hati yang mendekat, pastikan itu yang akan menetap."
Tidak terlalu lama menikmati hingar bingar Sky Garden dari luar, saya balik ke hotel tidur. Besok paginya terbang pulang ke Makassar.
Dan ternyata penghuni langit mendengarkan saya malam itu,
Balik ke Makassar, balik kerja lagi, ketemu sama rutinitas yang itu-itu lagi (KEMBALIKAN BALI SAYA), tapi ada yang berbeda kali ini.
Tiap saya store visit, ada yang menarik perhatian mata saya untuk memandang lebih lama.
Adalah seorang server, kapten waktu itu, tinggi kurus jambulan muka jutek, tapi ganteng.
Tidak suka tebar pesona, jarang senyum, jauh dari kata ramah.
Namanya (setelah tanya kiri kanan) Yiwandi Haryanto.
*AHA ! Mangsa baru ! heheheheh, bercanda deng~
Balik lagi,
sepertinya saya memang punya ketertarikan sendiri dengan orang-orang yang tidak terlalu memiliki citra yang baik di masyarakat. Karena justrus si server jutek ini sudah berhasil mendapatkan sebagian perhatian saya.
Singkat cerita, I was the first to make a move.
Dari sering menyapa duluan, tanya-tanya hal yang tidak berhubungan dengan kerjaan sampe minta extra free buah-buahan sama si server jutek berinisial YH itu, ahahaha
Sampe suatu hari, extra complimentary strawberry di sore hari itu disajikan dengan sangat, emm, fancy oleh mas YH ini.
Berawal dari fancy strawberry inilah, tanpa sadar saya sudah jatuh hati.
Like I said before, I was the first one who makes a move.
Cari-cari tau tentang dia sampe minta pin BBnya waktu itu, tidak ke YHnya sendiri, tapi ke orang lain. Butuh beberapa hari sampai saya akhirnya mengirimkan permintaan pertemanaan.
(lah, saya jadi malu sambil ketik ini)
Dan dari pesan-pesan singkat di BBM berlanjut ke ajakan jalan dan buka puasa bareng dari dia.
Waktu itu memang sudah masuk bulan Ramadhan, Juni kalau tidak salah.
Sebelum memutuskan untuk mengiyakan ajakan buka puasa itu, saya sampai harus konsultasi ke beberapa pakar loh, karena memang setelah dari Bali saya tidk terlalu memberi perhatian ke beberapa kumbang yang tidak penting (cailaaahh).
Awalnya saya menolak, tapi si YH bilang kalau membatalkan artinya saya ngomong dua kali (padahal saya belum pernah memastikan menerima, ngek ah).
Ketemuan lah kita di salah satu Mall besar yang kayaknya sebentar lagi berubah menjadi pasar sentral (ahahaha), janjian ketemuan di Gramedia, -maklumlah saya anaknya semi bookworm, atau novel-worm.
Ketemu dia tanpa seragam server, ternyata dia keren, banget. Tipe buksals bangeeet, ahahahaha.
Kemejaan lengan dilipat se-siku, okay plus 1. Jalan-jalan nd penting putar mall sampai buka puasa, ternyata dia kurang nyaman shalat magrib di dalam mall, lebih suka di mesjid. Another plus 1.
(dan itu bukan pencitraan, selama jalan sama dia saya hampir selalu shalat di Mesjid)
Jadi di mall, cuma membatalkan puasa di semi caffe, cerita-cerita sebentar, terus kabur ke mesjid buat shalat magrib. Ternyata dia pake motor besar, ha ha ha.
Pas sampai parkiran betulan cuma bisa ketawa liat motornya, karena saya ndak tau cara naiknya. Seumur hidup, itu kali pertama saya naik motor besar, huhuhuhu..
kayaknya saya ketahuan sekali tidak tau cara naik motornya, sama dia motornya dimiringkan sedikit sambil bilang "kalau begini sudah bisa naikkan ?"
God, is he the one ?
Kelar shalat, mau makan berat, tempat makan dia yang tentukan (karena percayalah, saya tidak pernah pasti dengan makanan apa yang akan saya makan, selalu berubah-ubah). Kita makan di warung Palopo, karena ternyata dia juga tidak terlalu suka makan di tempat yang tidak kenyang tapi bayar mahal (PERSIS!).
Sudah makan, cerita-cerita, kenyang, dengan inisiatif sendiri dia menuju kasir. Which is another plus 1, karena jaman sekarang BANYAK SEKALI laki-laki yang sudah kehilangan manner membiarkan makanannya dibayarkan sama perempuan. Malu Bang ! -curhat.
dan,
keluar tempat makan, pas kita sudah mau pulang.
sebelum naik motor, saya menoleh ke langit.
Kembang api.
Serius, ini tidak dibuat-buat sebagai bumbu cerita yah.
Malam itu di langit betulan ada kembang api beberapa kali.
Seolah-olah langit mengabarkan dengan gembira, bahwa beberapa doa saya telah dikabulkan.
Dan tidak terlalu lama setelah malam kembang api itu, I proudly called him, mine.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Such a long story yah, tapi tidak gampang buat kita bertahan sampe tahun ke 3 ini.
Bahkan dari awal-awal pacaran, sudah banyak drama yang saya ciptakan dan dia selesaikan.
Beberapa kali saya melepaskan dan dia tetap bertahan.
Berapa banyak pengorbanan dan pembuktian yang dia lakukan.
Dan tidak pernah berhenti memastikan, bahwa bahagia dan hanya bahagia yang akan saya terima.
If you see him from my eyes, you will understand,
for me to say I love him, is understatement.
I beyond love you, Yiwandi Haryanto.
May Allah bless us, always.
No comments:
Post a Comment